ESSAY


PUBLIK SUDAH LELAH DENGAN GOMBALAN PEMIMPIN
Taufiq Nugraha
Taupiq17@gmail.com
Manusia adalah makhluk sosial , yang secara alamiah dilahirkan untuk saling berkomunikasi satu sama lain , sebagaimana telah termaktub dalam Q.S. Al – Hujurat ayat 10 yang berisikan tentang alasan Allah SWT menciptakan manusia bersuku – suku dan berbangsa – bangsa dengan tujuan saling mengenal satu sama lainya. Sejalan dengan surah al-hujurat ayat 10 seorang filsuf Yunani Aristoteles mengemukakan teori Zoon Politicon yang menyatakan  bahwa manusia secara kodrati dilahirkan untuk saling berinteraksi dengan manusia lain, adapula Adam Smith yang mengemukakan teori Homo Homini Socius yang menyatakan bahwa manusia adalah sahabat manusia lainya.
Berangkat dari saling berinteraksi nya manusia itu terbentuklah sebuah perkumpulan, kemudian perkumpulan tersebut berkembang dan akhirnya terbentuklah sebuah negara. Disinilah diperlukan adanya seorang pemimpin untuk mengakomodir aspirasi – aspirasi dari berbagai individu dan menyatukan nya dalam satu visi yang merupakan tujuan negara.
Indonesia yang menganut asas demokrasi , tentu pemimpin dan rakyat mempunyai hubungan timbal balik satu sama lain , pemimpin tersebut berasal dari rakyat , yang dipilih oleh rakyat pula , dan kemudian pemimpin tersebut melayani apa yang dibutuhkan rakyatnya. Maka menurut Kartini Kartono secara umum syarat menjadi pemimpin itu haruslah memiliki ideologi yang jelas, diterima oleh rakyatnya (acceptable), memiliki kemampuan kepemimpinan (capable), dapat dipercaya (accountable ), memiliki integritas (integrity), serta berpihak pada kepentingan rakyat.
Dalam konteks kepemimpinan di Indonesia saat ini , terbagi menjadi 2 cabang yaitu kepemimpinan tingkat pusat yang dipimpin oleh Presiden yang dipilih melalui pemilihan umum , dan kepemimpinan tingkat daerah yang dipimpin oleh Gubernur/Bupati/Walikota, yang dipilih melalui pemilihan umum.
Khusus mengenai Gubernur, yang merupakan pemimpin di daerah, hari ini kurang mendapat kepercayaan dari rakyatnya sendiri , berdasarkan hasil survey kepercayaan publik terhadap lembaga negara tahun 2017 , pemerintah daerah berada di urutan no 7 dari 14 lembaga negara , sementara lembaga yang mendapat kepercayaan publik paing tinggi adalah KPK dan Presiden. Sehingga timbul suatu pertanyaan besar mengapa Gubernur sebagai pemimpin daerah yang mengetahui , mengelola , dan mengakomodir aspirasi rakyat daerahnya sendiri , justru kurang mendapatkan kepercayaan dari rakyatnya.
Lalu , apabila kepercayaan publik kepada pemimpin kurang , maka hal – hal yang dilakukan oleh pemimpin , beragam kebijakan yang dikeluarkan oleh pemimpin , hanya akan dimaknai negatif oleh rakyat , dan mendorong rakyat untuk bersikap apatis , sehingga memicu makar.
Kepercayaan publik kepada pemimpin muncul ketika pemimpin mengeluarkan janji politik nya , sehingga rakyat sangat yakin bahwa pemimpin tersebut dapat merealisasikan apa yang menjadi kehendak rakyat, namun janji – janji politik itu manis diawal saja namun akhirnya pahit , janji – janji politik itu seperti bunga rafflesia bagus diluar namun dalamnya busuk , janji – janji politik itu menyebabkan seseorang bisa terjangkit diabetes stadium empat saking manisnya. Nyatanya rakyat masih tertindas karena kehendak nya tidak terwujud, seperti janji politik Gubernur Jawa Tengah pasangan gagah ( Ganjar dan Heru ) yang memiliki jargon “mboten korupsi, mboten ngapusi” , Ganjar malah menelan ludah sendiri karena beliau malah terseret kasus lingkaran setan e-ktp , belum lagi pada tahun 2013 lalu praktik korupsi terjadi di Klaten , dalam kasus dana untuk korban gempa  yang salah sasaran  , bagaimana tidak , dana untuk perbaikan rumah yang rusak parah akibat gempa malah mendapat bantuan kecil yang tak sepadan , sebaliknya rumah yang rusak ringan mendapat bantuan besar yang tidak sesuai yang seharusnya didapat. Akibatnya rakyat muak karena merasa dibohongi oleh janji politik Ganjar yang manis itu . Laporan dari www.antikorupsi.org yang melakukan wawancara pada warga Klaten , mereka merasa dibohongi dan ditindas karena janji manisnya itu. Selanjutnya terkait janji manis yang palsu adalah terjadi pada tahun 2017 , dimana dalam janji politik Anies – Sandi berjanji akan menaikan UMP namun janji manis itu hanyalah omong kosong, nyatanya hari umat KSPI merasa kecewa, tertindas dan dibohongi oleh pemimpin sendiri, mereka mengungkapkan bahwa mereka telah salah memilih pemimpin karena pemimpin yang mereka pilih sakit ingatan.
Publik tidak perlu janji manis , publik tidak perlu omong kosong , yang diperlukan publik adalah bukti nyata , kinerja, dan tersalurkan nya aspirasi – aspirasi masyarakat. Kita buktikan berdasarkan hasil survey yang dilakukan Jateng institute  tahun 2018 hanya sekitar 28 persen saja yang puas dengan kinerja Ganjar , dengan bukti maraknya KKN ( 26 % ), pertumbuhan ekonomi masyarakat ( 25 % ) , pembangunan infrastruktur ( 19 % ), dan yang lainya , sementara kepuasan terhadap kepemimpinan Ahok berdasarkan hasil survey populis tahun 2016 mencapai 80 % , karena Ahok banyak membangun Infrastuktur , meresmikan ruang terbuka hijau , dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Apabila kita kaitkan dengan Q.S. Al- Qashash ayat 5 , pemimpin harus bisa menghapuskan rasa ketertindasan rakyatnya , karena pemimpin mempunyai kekuasaan, apabila rakyat dibiarkan tertindas dan menderita , hati merintih dan jiwa mereka menjerit maka niscaya kejadian tahun 1998 dapatlah terulang kembali. Pemimpin ideal yang dicita – citakan adalah pemimpin yang menepati janji politiknya , kepemimpinan nya bisa dirasakan hasilnya oleh masyarakat , kebijakan yang dikeluarkan sesuai dengan kehendak rakyat , membawa rakyat secara progresif kearah kemajuan dan kemakmuran, hal – hal yang dikeluarkan adalah terlihat oleh masyarakat , konkret , real, dan terbukti
Posisi rakyat di sini adalah merasa tertindas , maka perlu lah pemimpin yang menghapuskan ketertindasan itu , pemimpin jangan hanya omong kosong saja , tapi lakukan lah hal yang diperlukan rakyatnya , berbicara hari ini pemimpin seakan – akan menindas rakyatnya sendiri , rakyat ibaratnya sudah jatuh lalu tertimpa tangga pula, rekomendasi yang tepat bagi pemimpin masa depan bangsa melihat masalah hari ini adalah pertama revolusi mental bagi seluruh elemen bangsa , reformasi birokrasi , dan realisasikan janji politik pemimpin dengan kebijakan yang bisa dinikmati hasilnya oleh rakyat, yang merupakan bentuk pertanggungjawaban pemimpin pada rakyatnya.
Rakyat tak perlu janji palsu ,rakyat sudah lelah dengan gombalan manis semanis madu ,merayu – rayu seperti lagu, yang mereka butuhkan adalah bukti yang asli, tidak memaki tapi melayani rakyat sepenuh hati ,  ikhlas mengabdi untuk tujuan yang haqiqi, Muhamad Abduh seorang pemikir muslim terkemuka mengatakan bahwa pemimpin bukanlah seorang raja , karena raja cenderung mengurus dirinya sendiri daripada rakyatnya , raja lebih identik kepada kerajaan dan kekayaan yang ada didalamnya , sementara rakyat hanya budak yang tidak mempunyai kekuatan apa – apa .

Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan seorang pemimpin untuk mengakomodir aspirasi rakyatnya, namun rakyat merasa dibohongi dan tertindas , karena janji – janji manis palsu yang digaungkan pemimpin mereka , pemimpin ideal yang dicita – citakan adalah pemimpin yang bisa menghapuskan rasa ketertindasan rakyatnya,  kepemimpinannya dapat dirasakan oleh rakyatnya , kebjakan yang dikeluarkan terlihat secara konkret dan jelas.
Daftar Pustaka
Buku
Ernita Dewi, Pemimpin Ideal Dalam Wacana dan Aplikasi,SEARFIQH, Banda Aceh, 2013.
Jurnal
Ainun Najib, Kontruksi Pemimpin Ideal Untuk Indonesia, Jurnal Agama dan Hak Azasi Manusia, Vol.3, No.1, Yogyakarta, 2013.
Irwan Zulkifly, Kepemimpinan Transformasional Dalam Proses Penerimaan Dan Proses Seleksi Pemimpin Publik Dalam Menciptakan Kepercayaan Di Indonesia, Jurnal Binus Bussiness Review, Vol.4 No.1, Jakarta,Mei,2013.
Internet
......, Menagih Janji Ganjar dan Heru, melalui : <www.constiti.com/2013/11/
/ menagih-janji-ganjar-heru.html>, diakses tanggal 12 April 2018, Pukul: 20.00.
Denita Matondang, Survei Kepercayaan Publik: KPK-Presiden Tertinggi, DPR Terendah, melalui : < https://news.detik.com/berita/d-3567239/survei-kepercayaan-publik-kpk-presiden-tertinggi-dpr-terendah>, diakses tanggal 11 April 2018, Pukul: 13.00
Randy Ferdi Firdaus, Survei: Hanya 28 Persen Warga Jateng Yang Puas dengan Kinerja Ganjar, melalui : < https://www.merdeka.com/politik/survei-hanya-28-persen-warga-jateng-yang-puas-dengan-kinerja-ganjar.html>, diakses tanggal 10 April 2018, Pukul: 23.35.
Taufiqurrohman, Survei: Tingkat Kepuasan Warga terhadap Ahok 81,5 Persen, melalui : < https://www.liputan6.com/news/read/2491978/survei-tingkat-kepuasan-warga-terhadap-ahok-815-persen>, diakses tanggal 11 April 2018, Pukul: 19.00.





Komentar

Postingan Populer