Publik Sudah Lelah Dengan Gombalan Pemimpin
PUBLIK
SUDAH LELAH DENGAN GOMBALAN PEMIMPIN
Taufiq Nugraha
Manusia
adalah makhluk sosial , yang secara alamiah dilahirkan untuk saling
berkomunikasi satu sama lain , sebagaimana telah termaktub dalam Q.S. Al –
Hujurat ayat 10 yang berisikan tentang alasan Allah SWT menciptakan manusia
bersuku – suku dan berbangsa – bangsa dengan tujuan saling mengenal satu sama
lainya. Sejalan dengan surah al-hujurat ayat 10 seorang filsuf Yunani
Aristoteles mengemukakan teori Zoon
Politicon yang menyatakan bahwa
manusia secara kodrati dilahirkan untuk saling berinteraksi dengan manusia
lain, adapula Adam Smith yang mengemukakan teori Homo Homini Socius yang menyatakan bahwa manusia adalah sahabat
manusia lainya.
Berangkat
dari saling berinteraksi nya manusia itu terbentuklah sebuah perkumpulan,
kemudian perkumpulan tersebut berkembang dan akhirnya terbentuklah sebuah
negara. Disinilah diperlukan adanya seorang pemimpin untuk mengakomodir
aspirasi – aspirasi dari berbagai individu dan menyatukan nya dalam satu visi
yang merupakan tujuan negara.
Indonesia
yang menganut asas demokrasi , tentu pemimpin dan rakyat mempunyai hubungan
timbal balik satu sama lain , pemimpin tersebut berasal dari rakyat , yang
dipilih oleh rakyat pula , dan kemudian pemimpin tersebut melayani apa yang
dibutuhkan rakyatnya. Maka menurut Kartini Kartono secara umum syarat menjadi
pemimpin itu haruslah memiliki ideologi yang jelas, diterima oleh rakyatnya (acceptable), memiliki kemampuan
kepemimpinan (capable), dapat
dipercaya (accountable ), memiliki
integritas (integrity), serta
berpihak pada kepentingan rakyat.
Dalam
konteks kepemimpinan di Indonesia saat ini , terbagi menjadi 2 cabang yaitu
kepemimpinan tingkat pusat yang dipimpin oleh Presiden yang dipilih melalui
pemilihan umum , dan kepemimpinan tingkat daerah yang dipimpin oleh
Gubernur/Bupati/Walikota, yang dipilih melalui pemilihan umum.
Khusus
mengenai Gubernur, yang merupakan pemimpin di daerah, hari ini kurang mendapat
kepercayaan dari rakyatnya sendiri , berdasarkan hasil survey kepercayaan
publik terhadap lembaga negara tahun 2017 , pemerintah daerah berada di urutan
no 7 dari 14 lembaga negara , sementara lembaga yang mendapat kepercayaan
publik paing tinggi adalah KPK dan Presiden. Sehingga timbul suatu pertanyaan
besar mengapa Gubernur sebagai pemimpin daerah yang mengetahui , mengelola ,
dan mengakomodir aspirasi rakyat daerahnya sendiri , justru kurang mendapatkan
kepercayaan dari rakyatnya.
Lalu
, apabila kepercayaan publik kepada pemimpin kurang , maka hal – hal yang
dilakukan oleh pemimpin , beragam kebijakan yang dikeluarkan oleh pemimpin ,
hanya akan dimaknai negatif oleh rakyat , dan mendorong rakyat untuk bersikap
apatis , sehingga memicu makar.
Kepercayaan
publik kepada pemimpin muncul ketika pemimpin mengeluarkan janji politik nya ,
sehingga rakyat sangat yakin bahwa pemimpin tersebut dapat merealisasikan apa
yang menjadi kehendak rakyat, namun janji – janji politik itu manis diawal saja
namun akhirnya pahit , janji – janji politik itu seperti bunga rafflesia bagus
diluar namun dalamnya busuk , janji – janji politik itu menyebabkan seseorang
bisa terjangkit diabetes stadium empat saking manisnya. Nyatanya rakyat masih
tertindas karena kehendak nya tidak terwujud, seperti janji politik Gubernur
Jawa Tengah pasangan gagah ( Ganjar dan Heru ) yang memiliki jargon “mboten korupsi, mboten ngapusi” , Ganjar
malah menelan ludah sendiri karena beliau malah terseret kasus lingkaran setan
e-ktp , belum lagi pada tahun 2013 lalu praktik korupsi terjadi di Klaten ,
dalam kasus dana untuk korban gempa yang
salah sasaran , bagaimana tidak , dana
untuk perbaikan rumah yang rusak parah akibat gempa malah mendapat bantuan
kecil yang tak sepadan , sebaliknya rumah yang rusak ringan mendapat bantuan
besar yang tidak sesuai yang seharusnya didapat. Akibatnya rakyat muak karena
merasa dibohongi oleh janji politik Ganjar yang manis itu . Laporan dari
www.antikorupsi.org yang melakukan wawancara pada warga Klaten , mereka merasa
dibohongi dan ditindas karena janji manisnya itu. Selanjutnya terkait janji
manis yang palsu adalah terjadi pada tahun 2017 , dimana dalam janji politik
Anies – Sandi berjanji akan menaikan UMP namun janji manis itu hanyalah omong
kosong, nyatanya hari umat KSPI merasa kecewa, tertindas dan dibohongi oleh
pemimpin sendiri, mereka mengungkapkan bahwa mereka telah salah memilih
pemimpin karena pemimpin yang mereka pilih sakit ingatan.
Publik
tidak perlu janji manis , publik tidak perlu omong kosong , yang diperlukan
publik adalah bukti nyata , kinerja, dan tersalurkan nya aspirasi – aspirasi
masyarakat. Kita buktikan berdasarkan hasil survey yang dilakukan Jateng
institute tahun 2018 hanya sekitar 28
persen saja yang puas dengan kinerja Ganjar , dengan bukti maraknya KKN ( 26 %
), pertumbuhan ekonomi masyarakat ( 25 % ) , pembangunan infrastruktur ( 19 %
), dan yang lainya , sementara kepuasan terhadap kepemimpinan Ahok berdasarkan
hasil survey populis tahun 2016 mencapai 80 % , karena Ahok banyak membangun
Infrastuktur , meresmikan ruang terbuka hijau , dan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
Apabila
kita kaitkan dengan Q.S. Al- Qashash ayat 5 , pemimpin harus bisa menghapuskan
rasa ketertindasan rakyatnya , karena pemimpin mempunyai kekuasaan, apabila
rakyat dibiarkan tertindas dan menderita , hati merintih dan jiwa mereka
menjerit maka niscaya kejadian tahun 1998 dapatlah terulang kembali. Pemimpin
ideal yang dicita – citakan adalah pemimpin yang menepati janji politiknya ,
kepemimpinan nya bisa dirasakan hasilnya oleh masyarakat , kebijakan yang
dikeluarkan sesuai dengan kehendak rakyat , membawa rakyat secara progresif kearah
kemajuan dan kemakmuran, hal – hal yang dikeluarkan adalah terlihat oleh
masyarakat , konkret , real, dan terbukti
Posisi
rakyat di sini adalah merasa tertindas , maka perlu lah pemimpin yang
menghapuskan ketertindasan itu , pemimpin jangan hanya omong kosong saja , tapi
lakukan lah hal yang diperlukan rakyatnya , berbicara hari ini pemimpin seakan
– akan menindas rakyatnya sendiri , rakyat ibaratnya sudah jatuh lalu tertimpa
tangga pula, rekomendasi yang tepat bagi pemimpin masa depan bangsa melihat
masalah hari ini adalah pertama revolusi mental bagi seluruh elemen bangsa ,
reformasi birokrasi , dan realisasikan janji politik pemimpin dengan kebijakan
yang bisa dinikmati hasilnya oleh rakyat, yang merupakan bentuk pertanggungjawaban
pemimpin pada rakyatnya.
Rakyat
tak perlu janji palsu ,rakyat sudah lelah dengan gombalan manis semanis madu
,merayu – rayu seperti lagu, yang mereka butuhkan adalah bukti yang asli, tidak
memaki tapi melayani rakyat sepenuh hati ,
ikhlas mengabdi untuk tujuan yang haqiqi, Muhamad Abduh seorang pemikir
muslim terkemuka mengatakan bahwa pemimpin bukanlah seorang raja , karena raja
cenderung mengurus dirinya sendiri daripada rakyatnya , raja lebih identik
kepada kerajaan dan kekayaan yang ada didalamnya , sementara rakyat hanya budak
yang tidak mempunyai kekuatan apa – apa .
Kesimpulan
Manusia
sebagai makhluk sosial memerlukan seorang pemimpin untuk mengakomodir aspirasi
rakyatnya, namun rakyat merasa dibohongi dan tertindas , karena janji – janji manis
palsu yang digaungkan pemimpin mereka , pemimpin ideal yang dicita – citakan
adalah pemimpin yang bisa menghapuskan rasa ketertindasan rakyatnya, kepemimpinannya dapat dirasakan oleh
rakyatnya , kebjakan yang dikeluarkan terlihat secara konkret dan jelas.
Daftar
Pustaka
Buku
Ernita Dewi, Pemimpin Ideal Dalam Wacana dan Aplikasi,SEARFIQH,
Banda Aceh, 2013.
Jurnal
Ainun
Najib, Kontruksi Pemimpin Ideal Untuk
Indonesia, Jurnal Agama dan Hak Azasi Manusia, Vol.3, No.1, Yogyakarta,
2013.
Irwan
Zulkifly, Kepemimpinan Transformasional
Dalam Proses Penerimaan Dan Proses Seleksi Pemimpin Publik Dalam Menciptakan
Kepercayaan Di Indonesia, Jurnal Binus Bussiness Review, Vol.4 No.1,
Jakarta,Mei,2013.
Internet
......,
Menagih Janji Ganjar dan Heru, melalui
: <www.constiti.com/2013/11/
/
menagih-janji-ganjar-heru.html>, diakses tanggal 12 April 2018, Pukul:
20.00.
Denita
Matondang, Survei Kepercayaan Publik:
KPK-Presiden Tertinggi, DPR Terendah, melalui : < https://news.detik.com/berita/d-3567239/survei-kepercayaan-publik-kpk-presiden-tertinggi-dpr-terendah>,
diakses tanggal 11 April 2018, Pukul: 13.00
Randy
Ferdi Firdaus, Survei: Hanya 28 Persen
Warga Jateng Yang Puas dengan Kinerja Ganjar, melalui : < https://www.merdeka.com/politik/survei-hanya-28-persen-warga-jateng-yang-puas-dengan-kinerja-ganjar.html>,
diakses tanggal 10 April 2018, Pukul: 23.35.
Taufiqurrohman,
Survei: Tingkat Kepuasan Warga terhadap
Ahok 81,5 Persen, melalui : < https://www.liputan6.com/news/read/2491978/survei-tingkat-kepuasan-warga-terhadap-ahok-815-persen>,
diakses tanggal 11 April 2018, Pukul: 19.00.
Komentar
Posting Komentar